Jumat, 22 April 2011

Titipan Allah

Beberapa bulan lalu saya kedatangan teman lama. Dia bercerita atau lebih tepatnya curhat kepada saya kalau dia sudah belasan tahun menikah namun belum juga dikaruniai seorang anak. Segala daya upaya sudah dilakukan namun belum juga membuahkan hasil. Semua do'a sudah dipanjatkan agar Allah SWT segera memberikan kepercayaan kepadanya namun Allah masih menundanya. Sebagai seorang teman saya hanya bisa menghiburnya mungkin belum waktunya bagi dia untuk memiliki seorang anak. Allah SWT Maha Tahu kapan waktu terbaik bagi kita bukan kita yang tahu. Sungguh pengetahuan manusia amat sedikit sekali akan yang baik bagi dirinya sendiri.

Seberapa pentingkah anak bagi sebuah keluarga. Setelah pesta pernikahan usai maka yang menjadi pertanyaan orang-orang disekeliling adalah kapan mau punya anak?. Itulah Karena keturunan adalah hal yang sangat penting bagi penerus keluarga dan menjadi penerus dakwah Islam padahal tanpa disadari anak juga bisa menjadi batu sandungan kita sebagai orang tua untuk masuk surga.

Anak adalah titipan Allah kepada setiap orang tua yang telah sah menikah. Kehendak orang tuanya menjadikan anak itu muslim, yahudi, nasrani, atau majusi. Ujian dimulai ketika anak lahir dari rahim sang ibu. Firman Allah SWT QS At-Taghabun : 15 : "Sesungguhnya hartamu dan anak-anakmu hanyalah cobaan (bagimu), dan di sisi Allah-lah pahala yang besar." Jelas disitu bahwa anak-anak bisa jadi ujian bagi orang tuanya. Anak-anak adalah kesenangan hidup di dunia dan di sisi Allah-lah pahala yang besar. Saat calon anak masih didalam kandungan ujian demi ujian akan dilalui calon ayah dan ibunya. Kelemahan dan kerentanan sang ibu saat mengandung anaknya. Penyesuaian hormon sang ibu yang akhirnya membuat ibu menginginkan sesuatu yang dia minta kepada sang ayah dimana keinginan itu belum tentu dapat diperoleh sehingga akhirnya mereka berselisih dan banyak lagi ujian kesabaran lainnya. Jika mereka mampu melalui ujian itu dengan kesabaran dan keikhlasan maka surga menanti mereka.

Kalau dilihat secara harfiah sungguh beruntungnya sepasang suami istri yang telah dikaruniai anak. Dan sungguh sedihnya sepasang suami istri yang sudah sekian lama mengarungi rumah tangga namun belum juga dikaruniai anak satupun padahal mereka bisa jadi sangat beruntung.

Orang tua yang dikaruniai anak-anak boleh jadi mereka begitu bahagia. Anak-anak bisa jadi penghibur hati saat lelah. Pelepas kasih sayang dan menjadi kebanggaan apabila anak-anak bisa berprestasi di bidang apapun meski biasanya orang tua lebih bangga kalau sang anak bisa berprestasi dalam urusan dunia. Anak-anak bisa menjadi penolong atau investasi orang tua di akhirat nanti karena manusia yang sudah meninggal putus semua hubungan dengan dunia kecuali amalan selama hidupnya dan do'a anak yang sholeh.

Disini beratnya tugas orang tua untuk menjadikan seorang anak yang sholeh/sholehah yang dapat meringankan dosanya di akhirat karena do'a-do'a dari sang anak. Di akhir jaman yang penuh dengan rintangan dunia, pengaruh buruk tentu menjadi tantangan bagi sang orang tua dalam mendidik anak-anaknya. Firman Allah SWT dalam At-Taghabun 14: "Hai orang-orang mukmin, sesungguhnya di antara isteri-isterimu dan anak-anakmu ada yang menjadi musuh bagimu maka berhati-hatilah kamu terhadap mereka dan jika kamu memaafkan dan tidak memarahi serta mengampuni (mereka) maka sesungguhnya Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang." Tragisnya bila sang orang tua salah dalam mendidik anak, mereka bisa menjadi musuh bagi orang tuanya. Karena Allah akan meminta pertanggung jawaban kita sebagai orang tua akan kesholehan anak-anak kita. Apakah kita sudah mendidik dan membekali anak dengan keimanan. Anak-anak bisa menjadi fitnah dan justru membawa orang tua ke dalam api neraka. Naudzubillah. Tugas orang tua menjadi lebih berat karena selain itu mereka juga harus menafkahi sang anak. Tentu yang lebih penting adalah mereka harus mampu mendidik dan mengajarkan anak-anak agar bisa menjadi anak yang sholeh/sholehah agar mereka bisa menjadi penolong orang tua di akhirat nanti bukan sebaliknya.

Wow ternyata menjadi orang tua tidak semudah yang kita bayangkan hingga akhirnya sungguh beruntung pula orang tua yang belum dikaruniai anak. Tentunya mereka tidak dibebani tugas berat sebagai orang tua. Meskipun kerinduan mereka untuk bisa memeluk dan menggendong anak begitu membuncah namun rentetan tanggung jawab orang tua dan kengerian akan salah pendidikan dan pengasuhan bisa jadi penghibur karena salah mendidik maka azab neraka menunggu. Meskipun tidak ada anak yang akan mendo'akan mereka di akhirat nanti namun dengan banyaknya amalan ibadah dan amalan kesholehan yang sudah ditabungnya sejak mereka hidup bisa menjadi penolongnya dari azab neraka. Usaha orang tua yang memiliki dan tidak memiliki anak akan sama karena tujuan akhirnya pun sama yaitu Surga.

Subhanallah. Allah Maha Adil. Ada atau tidaknya seorang anak bukan menjadi penghalang untuk kita beribadah dan memperbanyak amalan. Janganlah bersedih karena Allah SWT menunda keturunan karena Allah Maha Tahu saat terbaik bagi hambaNya. Karena Allah berfirman dalam Al-Munafiqun: 9 :"Hai orang-orang beriman, janganlah hartamu dan anak-anakmu melalaikan kamu dari mengingat Allah. Barangsiapa yang berbuat demikian maka mereka itulah orang-orang yang merugi." Wallahu'alam.

Kamis, 21 April 2011

Hamba-hamba Allah Yang Maha Penyayang (Ibadurrahman)

QS Al Furqan 63-76 وَعِبَادُ الرَّحْمَـٰنِ الَّذِينَ يَمْشُونَ عَلَى الْأَرْضِ هَوْنًا وَإِذَا خَاطَبَهُمُ الْجَاهِلُونَ قَالُوا سَلَامًا ﴿٦٣﴾ Dan hamba-hamba Tuhan yang Maha Penyayang itu (ialah) orang-orang yang berjalan di atas bumi dengan rendah hati dan apabila orang-orang jahil menyapa mereka, mereka mengucapkan kata-kata (yang mengandung) keselamatan. (63) وَالَّذِينَ يَبِيتُونَ لِرَبِّهِمْ سُجَّدًا وَقِيَامًا ﴿٦٤﴾ Dan orang yang melalui malam hari dengan bersujud dan berdiri untuk Tuhan mereka. (64) وَالَّذِينَ يَقُولُونَ رَبَّنَا اصْرِفْ عَنَّا عَذَابَ جَهَنَّمَ ۖ إِنَّ عَذَابَهَا كَانَ غَرَامًا ﴿٦٥﴾ Dan orang-orang yang berkata: "Ya Tuhan kami, jauhkan azab jahannam dari kami, sesungguhnya azabnya itu adalah kebinasaan yang kekal". (65) إِنَّهَا سَاءَتْ مُسْتَقَرًّا وَمُقَامًا ﴿٦٦﴾ Sesungguhnya jahannam itu seburuk-buruk tempat menetap dan tempat kediaman. (66) وَالَّذِينَ إِذَا أَنفَقُوا لَمْ يُسْرِفُوا وَلَمْ يَقْتُرُوا وَكَانَ بَيْنَ ذَٰلِكَ قَوَامًا ﴿٦٧﴾ Dan orang-orang yang apabila membelanjakan (harta), mereka tidak berlebihan, dan tidak (pula) kikir, dan adalah (pembelanjaan itu) di tengah-tengah antara yang demikian. (67) وَالَّذِينَ لَا يَدْعُونَ مَعَ اللَّـهِ إِلَـٰهًا آخَرَ وَلَا يَقْتُلُونَ النَّفْسَ الَّتِي حَرَّمَ اللَّـهُ إِلَّا بِالْحَقِّ وَلَا يَزْنُونَ ۚ وَمَن يَفْعَلْ ذَٰلِكَ يَلْقَ أَثَامًا ﴿٦٨﴾ Dan orang-orang yang tidak menyembah tuhan yang lain beserta Allah dan tidak membunuh jiwa yang diharamkan Allah (membunuhnya) kecuali dengan (alasan) yang benar, dan tidak berzina, barang siapa yang melakukan yang demikian itu, niscaya dia mendapat (pembalasan) dosa(nya), (68) يُضَاعَفْ لَهُ الْعَذَابُ يَوْمَ الْقِيَامَةِ وَيَخْلُدْ فِيهِ مُهَانًا ﴿٦٩﴾ (yakni) akan dilipat gandakan azab untuknya pada hari kiamat dan dia akan kekal dalam azab itu, dalam keadaan terhina, (69) إِلَّا مَن تَابَ وَآمَنَ وَعَمِلَ عَمَلًا صَالِحًا فَأُولَـٰئِكَ يُبَدِّلُ اللَّـهُ سَيِّئَاتِهِمْ حَسَنَاتٍ ۗ وَكَانَ اللَّـهُ غَفُورًا رَّحِيمًا ﴿٧٠﴾ kecuali orang-orang yang bertaubat, beriman dan mengerjakan amal saleh; maka itu kejahatan mereka diganti Allah dengan kebajikan. Dan adalah Allah maha Pengampun lagi Maha Penyayang. (70) وَمَن تَابَ وَعَمِلَ صَالِحًا فَإِنَّهُ يَتُوبُ إِلَى اللَّـهِ مَتَابًا ﴿٧١﴾ Dan orang-orang yang bertaubat dan mengerjakan amal saleh, maka sesungguhnya dia bertaubat kepada Allah dengan taubat yang sebenar-benarnya. (71) وَالَّذِينَ لَا يَشْهَدُونَ الزُّورَ وَإِذَا مَرُّوا بِاللَّغْوِ مَرُّوا كِرَامًا ﴿٧٢﴾ Dan orang-orang yang tidak memberikan persaksian palsu, dan apabila mereka bertemu dengan (orang-orang) yang mengerjakan perbuatan-perbuatan yang tidak berfaedah, mereka lalui (saja) dengan menjaga kehormatan dirinya. (72) وَالَّذِينَ إِذَا ذُكِّرُوا بِآيَاتِ رَبِّهِمْ لَمْ يَخِرُّوا عَلَيْهَا صُمًّا وَعُمْيَانًا ﴿٧٣﴾ Dan orang-orang yang apabila diberi peringatan dengan ayat-ayat Tuhan mereka, mereka tidaklah menghadapinya sebagai orang-orang yang tuli dan buta. (73) وَالَّذِينَ يَقُولُونَ رَبَّنَا هَبْ لَنَا مِنْ أَزْوَاجِنَا وَذُرِّيَّاتِنَا قُرَّةَ أَعْيُنٍ وَاجْعَلْنَا لِلْمُتَّقِينَ إِمَامًا ﴿٧٤﴾ Dan orang orang yang berkata: "Ya Tuhan kami, anugrahkanlah kepada kami isteri-isteri kami dan keturunan kami sebagai penyenang hati (kami), dan jadikanlah kami imam bagi orang-orang yang bertakwa. (74) أُولَـٰئِكَ يُجْزَوْنَ الْغُرْفَةَ بِمَا صَبَرُوا وَيُلَقَّوْنَ فِيهَا تَحِيَّةً وَسَلَامًا ﴿٧٥﴾ Mereka itulah orang yang dibalasi dengan martabat yang tinggi (dalam surga) karena kesabaran mereka dan mereka disambut dengan penghormatan dan ucapan selamat di dalamnya, (75) خَالِدِينَ فِيهَا ۚ حَسُنَتْ مُسْتَقَرًّا وَمُقَامًا ﴿٧٦﴾ mereka kekal di dalamnya. Surga itu sebaik-baik tempat menetap dan tempat kediaman. (76) Insya Allah hamba menjadi Ibadurrahman agar kekal didalam surga Mu. Amin.